Mengenal Tuberculosis
Penyakit
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Biasanya kuman ini menyerang paru-paru manusia. Tak
hanya paru-paru, kuman ini juga bisa menyerang organ lain dalam tubuh manusia
seperti kelenjar limfe, selaput otak, kulit, tulang, usus, dan ginjal.
Faktor penyebab
seseorang dapat terserang penyakit tuberculosis karena kebiasaan merokok, polusi
atau pencemaran udara juga karena tertular oleh suspek Tuberculosis lainnya.
Kebiasaan merokok sebenarnya sangat lah merugikan, baik bagi perokok aktif dan
juga perokok pasif. Sebagai pengetahuan, tembakau merupakan penyebab kematian
besar di dunia. Oleh karena itu kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan.
Dilansir dari
PPTI. Hasil survey tahun 2006 menyebutkan bahwa "Indonesia jumlah seluruh
perokok tak kurang dari 160 juta orang (hampir 70% dari populasi) dan sekitar
22,6 % dari 3.320 kematian disebabkan karena kebiasaan merokok. Lebih dari 45
juta anak (usia 0-14 tahun) tinggal bersama perokok. Anak-anak yang sering
terpapar asap rokok akan mengalami pertumbuhan paru yang kurang normal dan akan
mudah terserang infeksi saluran pernapasan (ISPA) mungkin juga ASMA.
Wakil Menteri
Kesehatan Prof. Ali Gufron Mukti, dalam acara Kick Off Forum Stop TB
Partnership Indonesia, di Jakarta tanggal 30 Mei 2013 mengatakan bahwa “Penyakit
Tuberculosis kerap ditemui pada orang berusia produktif 16-40 tahun".
Penyakit tuberculosis
sangat berbahaya. Satu pasien tuberculosis yang memiliki BTA positif dapat menularkan
penyakit pada 10-15 orang setiap tahunnya. Penyakit tuberculosis menular melalui udara
yang mengandung basil tuberculosis dalam percikan ludah yang dikeluarkan
penderita ketika mereka batuk, bersin atau bicara. Masa inkubasi kira-kira
memakan waktu selama 2 hingga 10 minggu. Tingkat penularan tuberculosis sangat ditentukan oleh jumlah basil tuberculosis yang dikeluarkan, virulensi dari basil tuberculosis, terpajannya basil tuberculosis dengan sinar ultra violet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk bersin atau pada saat bicara, dan tindakan medis dengan resiko tinggi.
Penemuan Tuberculosis
Kuman tuberculosis
berkembang dan hidup pada lingkungan yang kotor dan pada populasi yang padat. Selain
itu, lingkungan dalam kondisi lembab dan kurangnya cahaya matahari yang masuk ke
dalam rumah membantu mempercepat tumbuh kembangnya kuman mycobacterium penyebab
Tuberculosis.
Seseorang yang
terserang Tuberculosis dapat dipastikan dari ditemukannya basil tuberculosis
dalam sputum atau dari gambaran foto thorax. Gambaran densitas abnormal pada
foto thorax adalah sebagai tanda adanya infiltrate pada paru, kavitasi dan
fibrosis. Gambaran tersebut muncul sebelum timbul gejala-gejala klinis seperti
lesu, demam, berkeringat dimalam hari, berat badan turun yang dapat muncul
lebih awal. Sedangkan gejala-gejala seperti batuk, sakit dada, suara serak dan
batuk darah lebih terlihat pada stadium berikutnya. Kemauan penderita untuk
segera melakukan pemeriksaan atas batuk yang dideritanya selama lebih dari dua
hari akan membantu proses penemuan kasus TB dengan cepat.
Penemuan kasus tuberculosis dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan mulai dari penjaringan suspek tuberculosis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, penegakan diagnosis serta penatalaksanaannya.
Tuberculosis di Indonesia
Direktur
Jendral Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) Kementrian
Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama disela-sela acara forum stop TB Partnership
kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur, Senin 3 Maret 2014,
di Jakarta mengatakan bahwa “Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia
setelah India, Cina dan Afrika Selatan.
Tapi, itu karena sesuai dengan jumlah penduduknya yang juga banyak”. Walaupun demikian,
kita harus tetap waspada.
Tjandra juga
mengatakan bahwa “Prevalensi Tuberculosis di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak
297 per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus baru setiap tahun mencapai 460.000
kasus, jadi total kasus hingga tahun 2013 mencapai kurang lebih 800.000-900.000
kasus”.
Faktor penyebab tingginya penyakit tuberculosis di Indonesia adalah karena mudahnya terjadi penularan, minimnya sosialisasi obat anti TB (OAT), minimnya sosialisasi betapa pentingnya pengobatan sampai tuntas, kebiasaan merokok dan kondisi lingkungan yang buruk.
Faktor penyebab tingginya penyakit tuberculosis di Indonesia adalah karena mudahnya terjadi penularan, minimnya sosialisasi obat anti TB (OAT), minimnya sosialisasi betapa pentingnya pengobatan sampai tuntas, kebiasaan merokok dan kondisi lingkungan yang buruk.
Wakil Menteri
Kesehatan Prof. Ali Gufron Mukti, dalam acara Kick Off Forum Stop TB
Partnership Indonesia, di Jakarta tanggal 30 Mei 2013 mengatakan bahwa “Untuk
menekan angka kematian dan kasus baru TB, Kemenkes menargetkan tahun 2050
Indonesia bebas Tuberculosis. Untuk mencapai target tersebut difokuskan bukan
hanya pada pengobatan tetapi juga meningkatkan kebersihan lingkungan”.
Pengobatan Tuberculosis
Dilansir dari
mutupelayanankesehatan, “Kepatuhan dalam menjalani pengobatan dengan
teratur selama 6 bulan tanpa putus dan rutin minum obat menjadi kunci
keberhasilan penyembuhan pasien tuberculosis. Jika hal itu tidak dilakukan,
penyakit tuberculosis akan menjadi Tuberculosis Multi Drug Resistant (TB-MDR)
yang kebal obat.” demikian yang dijelaskan Ketua Pokja Directly Observed
Treatment, Short-course (DOTS) dan TB-MDR RSUP Persahabatan, Dr dr Erlina
Burhan, M.Sc, Sp.P (K) dalam kegiatan temu media mengenai TB dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di RSUP Persahabatan.
Pengobatan untuk penyakit tuberculosis, pasien harus datang setiap hari untuk mendapatkan suntikan dan 15 jenis obat yang diminum dalam waktu kurang lebih 10 menit harus dilakukan selama 6 bulan tanpa putus.
Pencegahan Tuberculosis
Penyakit tuberculosis dapat di sembuhkan begitu pula dapat dicegah. Pada dasarnya, kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain gaya hidup yang sehat dan teratur kesehatan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mereka tempati. Pola hidup dengan menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) akan dapat membantu dalam pencegahan penyakit. kesehatan dapat dipelihara dan ditingkatkan dengan mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi berperilaku sehat. selain itu, juga dipelihara dan ditingkatkan dengan usaha selalu menciptakan kondisi lingkungan yang bersih agar sehat tercapai.
Sumber:
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012. STANDART PROSEDUR OPERASIONAL (SOP) PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TUBERCULOSIS. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012. MODUL PELATIHAN PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS TUBERCULOSIS. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Chin, James M.D, M.Ph. 2000. MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR.
Pengobatan untuk penyakit tuberculosis, pasien harus datang setiap hari untuk mendapatkan suntikan dan 15 jenis obat yang diminum dalam waktu kurang lebih 10 menit harus dilakukan selama 6 bulan tanpa putus.
Pencegahan Tuberculosis
Penyakit tuberculosis dapat di sembuhkan begitu pula dapat dicegah. Pada dasarnya, kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain gaya hidup yang sehat dan teratur kesehatan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang mereka tempati. Pola hidup dengan menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) akan dapat membantu dalam pencegahan penyakit. kesehatan dapat dipelihara dan ditingkatkan dengan mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi berperilaku sehat. selain itu, juga dipelihara dan ditingkatkan dengan usaha selalu menciptakan kondisi lingkungan yang bersih agar sehat tercapai.
Sumber:
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012. MODUL PELATIHAN PEMERIKSAAN DAHAK MIKROSKOPIS TUBERCULOSIS. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Chin, James M.D, M.Ph. 2000. MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR.